AKULAH SANG PEMIMPI
“Aku masih ingat waktu itu, ketika
aku harus datang tepat waktu di ruang BK sekolahku untuk menggarap
berkas-berkas penuh harapan yang nantinya menjadi buah kebahagiaan tiada
berakhir”
Hari
itu, aku terbangun dari tidur panjangku setelah seharian penuh melewatkan waktu
untuk berkeringat dari kediamanku menuju rumah ketua RT, kemudian ke kantor
kelurahan dan kembali ke rumah demi mendapatkan selembar kertas bertandatangan
Pak Lurah. Akupun menyadari bahwa inilah yang dinamakan perang sesungguhnya,
dan aku telah memulainya dengan sedikit perjuangan penuh tantangan. Tidak mudah
bagiku untuk mendapatkan kebahagiaan tanpa mengalahkan rintangan. Ya, aku harus
berusaha untuk menggapai jutaan mimpi yang telah kurangkai beberapa tahun
silam.
Namaku
Anita Rosyada. Aku terlahir sebagai anak dari seorang buruh songkok yang tak
pernah merasa puas akan hasil usaha hingga semangat bekerja terus menggeluti
hari-harinya. Aku bangga dengan Bapakku, Beliau orang yang selalu men-support segala bentuk kegiatanku. Disaat
badai ekonomi memporak-pondakkan kehidupan keluargaku Beliau mampu memberikan
ketenangan bagi kami dengan segala usaha dan jerih payah serta bantingan tulang
yang kian keropos itu. Aku adalah sulung dari 5 bersaudara. Ketiga adikku telah
bersekolah, dan sebagai tulang punggung keluarga seharusnya aku harus bisa
meringankan beban kedua orang tuaku. Pernah terpikir olehku bahwa aku harus
bisa menghasilkan uang sehingga ekonomi keluargaku dapat sedikit terangkat.
Namun kenyataan berkata lain, aku tidak ditakdirkan untuk bekerja terlalu
cepat. Mungkin Allah menginginkan aku untuk lebih banyak mengais ilmu sehingga
kelak kudapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ya, aku percaya Allah telah
menggariskan nasib tiap manusia dan aku yakin ini yang terbaik.
Malam
itu, di sebuah warnet depan gang rumahku ramai sekali. Aku memilih duduk
terpaku di depan komputer paling ujung, bersama temanku Susi yang juga ingin
melepas tangis bahagia bersama-sama setelah melihat daftar nama kami di layar
monitor. Bagiku, berhasil dalam SNMPTN Undangan adalah mimpi terindah yang akan
aku dapatkan sebagai buah ketekunanku selama menuntut ilmu di SMA. Namun mimpi
yang kujunjung tinggi itu seketika jatuh tersungkur di tanah dan tertimpa
runtuhan gedung yang turut merasakan kepahitanku. Betapapun aku mencoba berdiri
kembali tetap saja terasa sulit untuk terus pantang menyerah atas seluruh
kegagalanku itu. Tapi aku sadar, Tuhan telah menuliskan takdir seseorang pada
tempat dan waktu yang tepat, mungkin aku yang harus lebih keras berusaha.
Perjuanganku
baru saja dimulai, setelah kegagalan kualami dalam SNMPTN Undangan yang tak
satupun program studi bisa kutembus hingga kini aku harus mati-matian
memperjuangkan mimpiku untuk dapat merasakan empuknya bangku kuliah dan bertemu dengan orang-orang penuh potensi
berikut karakter kepemimpinannya yang kusebut dosen dan teman-teman mahasiswa
nan aktifis bukan sekedar berteori belaka. Kala itu aku bersama keempat
temanku, sebut saja Ela, Lilik, Anis dan Khoir yang senantiasa bersamaku merasakan kegalauan hati akibat
nafsu ingin segera memakan bangku mewah itu.
Aku
masih ingat waktu itu, ketika aku harus datang tepat waktu di ruang BK
sekolahku untuk menggarap berkas-berkas penuh harapan yang nantinya menjadi
buah kebahagiaan tiada berakhir. Sebuah map coklat berisi lembaran kertas
penting telah kuletakkan di meja Bu Joe, guru BK ku. Saat itu aku masih
bersama-sama dengan keempat temanku. Segala macam kesedihan dan kebahagiaan
telah kami bagi sembari menunggu hasil pengumuman seleksi Bidikmisi di Universitas
Airlangga, Universitas harapan yang selama ini kami agungkan. Ya, untuk dapat
mengikuti SNMPTN Tulis melalui Bidikmisi di Unair kami harus melewati seleksi
berkas. Satu-satunya harapan kami untuk dapat menorehkan kata Universitas
Airlangga di kedua pilihan jurusan yang kami inginkan ketika pendaftaran
Snmptn. Hanya itu yang kami inginkan saat itu..
----------------- @@@@ -------------------
Barangkali
nasib kita berlima sama seperti kebersamaan kami dulu, namun ternyata kami
dipisahkan oleh ruang dan waktu. Perjuangan tak selamanya berakhir kebahagiaan,
adakalanya kegagalan menimpa. Namun aku masih percaya bahwa Tuhan telah
menetapkan takdir manusia di tempat dan waktu yang sangat tepat. Sujud dan
pujian bagi Allah senantiasa kuucapkan ketika namaku dan salah satu temanku Ela
mampu menempati sebuah bangku putih di Universitas Airlangga. Bagaimanapun
menjadi seorang mahasiswa merupakan impian besar dan dengan meraih mimpi itu,
aku dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diriku untuk terus berusaha
menggapai mimpi selanjutnya yang telah kususun rapi di angan.
Sebagai
anak dari seorang masyarakat kalangan menengah kebawah, aku sangat bangga pada
prestasiku. Aku mampu mengalahkan ribuan peserta yang berlomba-lomba menduduki
bangku putih yang terbatas itu. Aku memang sudah meyusun rencana impian, aku
sudah mempunyai tujuan sehingga aku telah mengetahui bagaimana tindakan yang
seharusnya aku lakukan untuk kedepannya. Ketika aku didaftarkan sebagai
mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, kebanggaan
tersebut kian memuncak. Bagaimana tidak bangga apabila satu persatu mimpi yang
telah kita rajut kini mulai terasa nyata?. Akan kubuktikan bahwa aku tidak
sekedar bermimpi untuk mencicipi nikmatnya berkuliah. Tapi aku berjanji suatu
saat nanti ilmu yang telah kupelajari akan kuaplikasikan dalam aliran
kehidupan, yang mampu memberikan banyak manfaat tidak hanya bagiku namun
seluruh masyarakat Indonesia tentunya.
Jika
menjadi seorang mahasiswa adalah pilihan, maka aku akan membuktikan betapa
berartinya hidup ini ketika berada di posisi paling memungkinkan untuk
mewujudkan perubahan konsep yang lebih baik. Entah konsep kepemimpinan, pola
pikir dan kehidupan yang semakin hari semakin rumit. Menjadi mahasiswa memang
sejatinya harus mampu memberikan inovasi-inovasi baru yang mana dapat
meningkatkan kualitas bangsanya di mata dunia. Dari situlah aku berangkat
menjadi seorang mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Perikanan dan
Kelautan.
Namun
aku menyadari bahwa kenikmatan yang telah Tuhan berikan tak seharusnya
membuatku menghentikan langkah menuju pintu kesuksesan selanjutnya. Biarpun aku
tak merogoh uang sepeserpun dari kantong orangtuaku, tapi sesungguhnya itulah
motivasi terbesar yang selalu menggenggam hati dan pikiranku. Bahwa aku lahir dari
kemiskinan tetapi aku mampu menggapai kekayaan yang membuat hidupku penuh
kesuksesan. Jadi, Beranilah bermimpi! Thank
you so much BIDIKMISI.