Be an Excellent with Morality! :): CORETAN KISAHKU

Social Icons


AKULAH SANG PEMIMPI
“Aku masih ingat waktu itu, ketika aku harus datang tepat waktu di ruang BK sekolahku untuk menggarap berkas-berkas penuh harapan yang nantinya menjadi buah kebahagiaan tiada berakhir”
Hari itu, aku terbangun dari tidur panjangku setelah seharian penuh melewatkan waktu untuk berkeringat dari kediamanku menuju rumah ketua RT, kemudian ke kantor kelurahan dan kembali ke rumah demi mendapatkan selembar kertas bertandatangan Pak Lurah. Akupun menyadari bahwa inilah yang dinamakan perang sesungguhnya, dan aku telah memulainya dengan sedikit perjuangan penuh tantangan. Tidak mudah bagiku untuk mendapatkan kebahagiaan tanpa mengalahkan rintangan. Ya, aku harus berusaha untuk menggapai jutaan mimpi yang telah kurangkai beberapa tahun silam.
Namaku Anita Rosyada. Aku terlahir sebagai anak dari seorang buruh songkok yang tak pernah merasa puas akan hasil usaha hingga semangat bekerja terus menggeluti hari-harinya. Aku bangga dengan Bapakku, Beliau orang yang selalu men-support segala bentuk kegiatanku. Disaat badai ekonomi memporak-pondakkan kehidupan keluargaku Beliau mampu memberikan ketenangan bagi kami dengan segala usaha dan jerih payah serta bantingan tulang yang kian keropos itu. Aku adalah sulung dari 5 bersaudara. Ketiga adikku telah bersekolah, dan sebagai tulang punggung keluarga seharusnya aku harus bisa meringankan beban kedua orang tuaku. Pernah terpikir olehku bahwa aku harus bisa menghasilkan uang sehingga ekonomi keluargaku dapat sedikit terangkat. Namun kenyataan berkata lain, aku tidak ditakdirkan untuk bekerja terlalu cepat. Mungkin Allah menginginkan aku untuk lebih banyak mengais ilmu sehingga kelak kudapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ya, aku percaya Allah telah menggariskan nasib tiap manusia dan aku yakin ini yang terbaik.
Malam itu, di sebuah warnet depan gang rumahku ramai sekali. Aku memilih duduk terpaku di depan komputer paling ujung, bersama temanku Susi yang juga ingin melepas tangis bahagia bersama-sama setelah melihat daftar nama kami di layar monitor. Bagiku, berhasil dalam SNMPTN Undangan adalah mimpi terindah yang akan aku dapatkan sebagai buah ketekunanku selama menuntut ilmu di SMA. Namun mimpi yang kujunjung tinggi itu seketika jatuh tersungkur di tanah dan tertimpa runtuhan gedung yang turut merasakan kepahitanku. Betapapun aku mencoba berdiri kembali tetap saja terasa sulit untuk terus pantang menyerah atas seluruh kegagalanku itu. Tapi aku sadar, Tuhan telah menuliskan takdir seseorang pada tempat dan waktu yang tepat, mungkin aku yang harus lebih keras berusaha.
Perjuanganku baru saja dimulai, setelah kegagalan kualami dalam SNMPTN Undangan yang tak satupun program studi bisa kutembus hingga kini aku harus mati-matian memperjuangkan mimpiku untuk dapat merasakan empuknya bangku kuliah dan bertemu dengan orang-orang penuh potensi berikut karakter kepemimpinannya yang kusebut dosen dan teman-teman mahasiswa nan aktifis bukan sekedar berteori belaka. Kala itu aku bersama keempat temanku, sebut saja Ela, Lilik, Anis dan Khoir yang senantiasa  bersamaku merasakan kegalauan hati akibat nafsu ingin segera memakan bangku mewah itu.
Aku masih ingat waktu itu, ketika aku harus datang tepat waktu di ruang BK sekolahku untuk menggarap berkas-berkas penuh harapan yang nantinya menjadi buah kebahagiaan tiada berakhir. Sebuah map coklat berisi lembaran kertas penting telah kuletakkan di meja Bu Joe, guru BK ku. Saat itu aku masih bersama-sama dengan keempat temanku. Segala macam kesedihan dan kebahagiaan telah kami bagi sembari menunggu hasil pengumuman seleksi Bidikmisi di Universitas Airlangga, Universitas harapan yang selama ini kami agungkan. Ya, untuk dapat mengikuti SNMPTN Tulis melalui Bidikmisi di Unair kami harus melewati seleksi berkas. Satu-satunya harapan kami untuk dapat menorehkan kata Universitas Airlangga di kedua pilihan jurusan yang kami inginkan ketika pendaftaran Snmptn. Hanya itu yang kami inginkan saat itu..
----------------- @@@@ -------------------
Barangkali nasib kita berlima sama seperti kebersamaan kami dulu, namun ternyata kami dipisahkan oleh ruang dan waktu. Perjuangan tak selamanya berakhir kebahagiaan, adakalanya kegagalan menimpa. Namun aku masih percaya bahwa Tuhan telah menetapkan takdir manusia di tempat dan waktu yang sangat tepat. Sujud dan pujian bagi Allah senantiasa kuucapkan ketika namaku dan salah satu temanku Ela mampu menempati sebuah bangku putih di Universitas Airlangga. Bagaimanapun menjadi seorang mahasiswa merupakan impian besar dan dengan meraih mimpi itu, aku dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diriku untuk terus berusaha menggapai mimpi selanjutnya yang telah kususun rapi di angan.
Sebagai anak dari seorang masyarakat kalangan menengah kebawah, aku sangat bangga pada prestasiku. Aku mampu mengalahkan ribuan peserta yang berlomba-lomba menduduki bangku putih yang terbatas itu. Aku memang sudah meyusun rencana impian, aku sudah mempunyai tujuan sehingga aku telah mengetahui bagaimana tindakan yang seharusnya aku lakukan untuk kedepannya. Ketika aku didaftarkan sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, kebanggaan tersebut kian memuncak. Bagaimana tidak bangga apabila satu persatu mimpi yang telah kita rajut kini mulai terasa nyata?. Akan kubuktikan bahwa aku tidak sekedar bermimpi untuk mencicipi nikmatnya berkuliah. Tapi aku berjanji suatu saat nanti ilmu yang telah kupelajari akan kuaplikasikan dalam aliran kehidupan, yang mampu memberikan banyak manfaat tidak hanya bagiku namun seluruh masyarakat Indonesia tentunya.
Jika menjadi seorang mahasiswa adalah pilihan, maka aku akan membuktikan betapa berartinya hidup ini ketika berada di posisi paling memungkinkan untuk mewujudkan perubahan konsep yang lebih baik. Entah konsep kepemimpinan, pola pikir dan kehidupan yang semakin hari semakin rumit. Menjadi mahasiswa memang sejatinya harus mampu memberikan inovasi-inovasi baru yang mana dapat meningkatkan kualitas bangsanya di mata dunia. Dari situlah aku berangkat menjadi seorang mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Namun aku menyadari bahwa kenikmatan yang telah Tuhan berikan tak seharusnya membuatku menghentikan langkah menuju pintu kesuksesan selanjutnya. Biarpun aku tak merogoh uang sepeserpun dari kantong orangtuaku, tapi sesungguhnya itulah motivasi terbesar yang selalu menggenggam hati dan pikiranku. Bahwa aku lahir dari kemiskinan tetapi aku mampu menggapai kekayaan yang membuat hidupku penuh kesuksesan. Jadi, Beranilah bermimpi! Thank you so much BIDIKMISI.